Wednesday, April 4, 2012

"Semur" Sebagai Sebuah Sajian Budaya Kuliner Indonesia

Makanan bisa menyatukan namun juga bisa memisahkan kita dalam sebuah komunitas, sebagai contoh saat kita harus berada di negeri orang, menyeberang dari komunitas yang kita kenal, kita harus beradaptasi dengan makanan mereka, berusaha menyenanginya untuk kemudian kita dapat menyatu dalam komunitas di mana kita berada,” begitu ucap Dr.phil Lily Tjahjandari seorang ahli kajian budaya dan tas Manajer Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia dalam acara press conference “Semur, Turun Temurun Menghangatkan Hati Keluarga Indonesia” di Warung Daun Restaurant (1/3) lalu.
Anda mungkin bertanya bagaimana seorang Doktor Philosophy hadir dalam bahasan sebuah makanan bernama “Semur”. Hal ini dikarenakan makanan selain membentuk sebuah identitas diri, ternyata juga memiliki nilai historikal yaitu kajian budaya kuliner sebuah bangsa. Salah satunya adalah semur. Mungkin agak sedikit terdengar aneh jika ada orang Indonesia yang belum mencicipi makanan lezat satu ini. Semur merupakan makanan Nusantara yang paling banyak kita temukan, bahkan secara turun temurun keluarga Indonesia mulai mengolah makanan ini menjadi makanan rumahan yang bisa selalu dinikmati. Namun tahukah Anda sejarah di balik makanan ini? Konon semur merupakan makanan para bangsawan sejak beberapa ratus tahun lalu. Para abdi tukang masak Belanda saat itu bahkan merahasiakan resep masakan semur, untuk menjaga keistimewaan menu ini. Makanan yang memiliki nilai historikal ini tercipta dari keragaman dan kekayaan rempah – rempah Indonesia, eksotisme ragam rempah ini juga yang mengundang banyak negara lainnya akhirnya singgah dan menduduki negeri ini.
This hasn’t got much (in fact, nothing!) to do with hotels... But we saw this today and it made us laugh. 'Vegetable face' via Alex J. Jefferies (cghub. com)